PENGORBANAN TULUS YANG SERING KITA LUPAKAN

   Jalannya sudah tertatih-tatih karena usianya sudah lebih dari 70 tahun, sehingga kalau tidak perluu sekali, jarang ia bisa dan mau ke luar rumah. Walaupun ia mempunyai seorang anak perempuan, ia harus tiggal di rumah jompo karena kehadirannya tidak diinginkan.
   Masih teringat olehnya betapa berat penderitaannya ketika akan melahirkan putrinya tersebut. Suaminya meninggal beberapa bulan yang lalu karena terjatuh dari lantai 8 gedung yang sedang dibangunnya. Sementara keluarganya berada jauh di desa sana.
   Untuk membiayai hidupnya, ia bekerja barat di sebuah pabrik. Ketika ia melahirkan putrinya, tidak ada seorang pun yang mendampinginya. Ia tidak mendapatkan ucapan selamat dari siapapun jua. Walaupun demikian, ia merasa bahagia sekali karena dikaruniai seorang putri. Ia berjanji akan memberikan seluruh kasih sayang yang ia miliki hanya untuk putrinya seorng, sehingga putrinya diberi nama Kasih.
   Siang ia harus bekerja berat di pabrik dan di waktu malam hari ia harus menjahit sampai jauh mala, karena itu merupakan penghasilan tambahan yang bisa ia dapatkan. Terkadang ia harus menjahit sampai jam 2 pagi. Bahkan sabtu-ahad pun ia masih harus bekerja menjadi pelayan restaurant.
   Ini ia lakukan semua agar ia bisa membiayai kehidupan maupun biaya sekolah putrinya tercinta. Ia tidak mau menikah lagi, karena ia tidak mau memberikan ayah tiri kepada putrinya.
  Sejak melahirkan putrinya, ia menjadi seorang vegetarian, karena ia tidak mau membeli daging, itu terlalu mahal baginya, uang untuk daging yang seyogianya bisa ia beli, ia sisihkan untuk putrinya. Untuk dirinya sendiri ia tidak pernah mau membeli pakaian baru, ia selalu menerima pakaian bekas pemberian orang, tetapi untuk putrinya, hanya yang terbaik dan terbagus yang ia berikan.
   Pada suatu saat, ia jatuh sakit, demam panas. Cuaca di luar sangat dingin karena pada saat itu sedang musim dingin. Padahal, ia talah berjanji kepada putrinya untuk membelikannya sepeda, tetapi uangnya yang ia kumpulkan belum cukup.
   Ia tidak ingin mengecewakan putrinya, sehingga ia tetap memaksakan diri untuk bekerja walaupun dalam keadaan sakit dan lemah, serta cuaca di luar yang sangat dingin. Karena perjuangan dan pengorbanannya, akhirnya putrinya bisa melanjutkan sekolahnya di luar kota. Di sana putrinya jatuh cinta kepada seorang pemuda anak konglomerat. Putrinya tidak permah mau mengakui bahwa ia masih mempunyai orangtua. ia merasa malu mempunyai seorang ibu yang hanya bekerja sebagai babu pencuci piring di restaurant. Karena itu, ia mengaku kepada calon suaminya bahwa orangtuanya sudah meninggal dunia.
   Pada saat putrinya menikah, ibunya hanya bisa melihat dari jauh, dan itupun hanya pada saat acara resepsinya di sebuah gedung mewah. Ia tidak diunang, bahkan kehadirannya tidaklah diinginkan. Ia duduk di sudut kursi paling belakang sambil berdo'a untuk putrinya agar selalu dilindungi oleh Allah SWT.
   Sejak saat itu, bertahun-tahun ia tidak mendengar kabar dari putrinya. Pada suatu hari, ia membaca di koran bahwa putrinya telah melahirkan seorang putra, ia bahagia sekali memabaca berita bahwa ia telah memiliki seorang cucu. Ia sangat mendambakan memeluk dan menggendong cucunya, tetapi itu semua tidaklah mungkin.
   Ia berdo'a setiap hari kepada Allah SWT. agar ia bisa mendapatkan kesempatan untuk melihat dan bertemu dengan anak dan cucunya. Karena keinginannya yang begitu besar, ia melamar pekerjaan dengan menggunakan nama palsu untuk menjadi seorang pembantu di rumah keluarga putrinya. Lamarannya pun diterima. Di rumah putrinya ia boleh menggending cucunya, melainkan hanya sebagai pembantu dari keluarga tersebut. Namun, ia tetap mensyukurinya, ia berterima kasih kepada Allah SWT. karena telah mengabulkan permohonannya.
   Di sana ia mendapatkan tidak diperlakuan secara khusus, bahkan binatang jauh lebih disayang daripada ibunya sendiri. Ia juga sering dibentak dan dimarahi oleh darah dagingnya sendiri., kalau itu terjadi ia hanya bisa menangis sambil berdo'a di kamar kecilnya di belakang dapur agar Allah SWT. mengampuni dosa putrinya.
   Setelah bekerja bertahun-tahun sebagai pembantu tanpa ada yang mengetahui siapa dirinya, akhirnya iaatuh sakit dan tidak bisa bekerja lagi, menantunya merasa berhutang budi kepada pelayan tuanya yang setia ini, sehingga ia memberikan kesempatan untuk menjalankan sisa hidupnya di panti jompo.
   Puluhan tahun ia tidak bisa bertemu dengan putrinya,. Uang pensiun yang ia dapatkan selalu ia sisihkan unyul dan ditabung untuk putrinya, dengan pemikiran siapa tahu suatu saat ua akan membutuhkannya.
   Pada musim dingin tahun lalu, ia jatuh sakit lagi. Tetapi kali ini ia merasakan bahwa saatnya sudah tidak lama lagi. Hanya satu keinginannya yang ia dambakan sebelum ia meninggal, ialah bertemu putrinya sekali lagi, dan ia ingin memberikan seluruh uang simpanan yang telah ia kumpulkan selama sisa hidupnya, sebagai hadiah terakhir untuk putrinya.
   Suhu di luar menjapai 17 derajat di bawah nol, tetapi nenek tua ini memaksakan diri untuk pergi ke rumah putrinya. Dengan tubuh menggigil ia menunggu bus berjam-jam. Setiba  di rumah putrinya dalam keadaan lelah dan kedinginan, ia mengetuk rumah putrinya, dan ternyata putrinya sendiri yang membukakan pintu. Apakah ucapan selamat datang yang diucapkan putrinya? Apakah rasa bahagia bertemu kembali dengan ibunya? TIDAK..!!!!
   Putrinya malah berkata, "Kamu sudah puluhan tahun bekerja di rumah kami sebagai pembantu, apakah kamu tidak tahu bahwa pembantu ada pintu khusus di belakang rumah?"  " Nak, ibu datang bukannya untuk bertamu, melainkan hanya ingin memberikan hadiah ini untukmu. Ibu ingin melihat kamu sekali lagi, mungkin yang terakhir kalinya, bolehkah ibu masuk sebentar saja, karena di luar dingin sekali, ibu tidak kuat lagi, Nak." kata wanita tua itu. "Maaf, saya tidak ada waktu, dan sebentar lagi kami akan menerima tamu seorang pejabat tinggi, lain kali saja. Dan kalau lain kali mau datang, telepon dulu, jangan sembarangan setang begitu saja..!"ucapan putrinya sengan nada kesal. Setelah itu pintu ia tutup dengan keras.
   Beberapa saat kemudian, bel rumahnya berbunyi lagi, ternyata ada orang yang mau pinjam telepon untuk menelpon polisi, karena di halte bus depan ada seorang nenek yang meninggal dunia karena kedinginan.  Wanita tua itu bukan hanya kedinginan tubuhnya saja, tetapi juga batinnya.
  Seorang ibu melahirkan dan membesarkan anaknya dengan penuh kasih sayang tanpa mengharapkan balasan apapun. Seorang ibu bisa dan mampu memberikan waktunya 24 jam sehari bagi anak-anaknya, tidakk ada perkataan siang ataupun malam, tidak ada perkataan lelah atau apa. Seorang ibu mendo'akan dan mengingat anaknya tiap hari, bahkan tiap menit dan sepanjang masa, bukan hanya setahun sekali saja pada hari tertentu, karena kita baru mau mengingat semua kasih-sayang dan pengorbanan ibu hanya pada hari ibu saja?? Sedangkan hari-hari lainnya kita tidakk mengingatnya. Ibu.....Ibu....oh ibu.
   Siapapun kita sekarang ini, kita semua terlahir dari rahim seorang ibu, ibu yang dengan tulus mengandung, merawat, dan membesarkan kita hingga sekarang kita menjadi seperti ini. Ketika kecil kita sakit, beliau merawat kita, ketika kita belum  bisa berjalan, beliau menuntun kita, ketika kita belu terucap, beliau membimbing kita.
   Siapapun ibu kita, entah sudah renta atau masih muda, entah masih bersama kita auat sudah tiasa, mari kita ucaokan terima kasih kepada beliau, mari kita kasihi beliau sebagaimana beliau mengasihi kita sewaktu kecil/

Comments

Popular Posts